Tuesday, September 12, 2017

Satu jam sinau bersama cak Rateman


Bapak Rateman, 67 Tahun,  Pegiat Drama Dendang Bhirawa Desa Metatu


Dendang Bhirawa, tentunya masih asing bagi generasi muda sekarang.  Diera jayanya Dendang bhirawa cukup terkenal dan malang melintang didunia pertunjukan seni.
Berawal  era tahun 1960an didesa Metatu Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik, ada drama dan lawak yang terkenal dari desa Metatu, drama dan lawak dan orkes melayu tergabung dalam Fatahillah pimpinan H saifuddin. Kemudian dalam perkembangannya menjadi dendang bhirawa

Menurut Bapak Rateman, 67 tahun,  dendang bhirawa dulu mewarnai pentas Drama diwilayah Benjeng, Gresik, surabaya bahkan pernah seminggu bermain di daerah paciran lamongan.  Karena medan yang dilalui tidak ada jalan darat maka terpaksa harus naik perahu.

Dendang bhirawa menurut bapak rateman, yang lebih akrab dipanggil cak rateman.  Dendang artinya irama atau musik dan bhirawa mengambil dari nama senjata yakni cakrabhirawa dijaman majapahit.

Banyak sekali pelaku seni yang terlibat di pementasan dijaman itu
Diantaranya Bapak Gunawan, ​ Dahar pemain akordion, pemaingitar bas H Hasyim, kendang bapak maridjan, pemain gitar dahar, kencrek mukmin. sedangkan penyanyi Haji Daeri, shalikin, mud abidin, supilin , Haji Mudzakir, dan bapak Juwari.

Sering sekali mendatangkan bintang tamu dari surabaya.  Diantaranya endang prisnawati dan Nuridah dan sebagai MC abdul jamik dan H.  Mudzakir serta masih banyak lagi pelaku seni yang terlibat. "banyak sekali pelaku yang terlibat, kadang kalah ada regenerasi atau mengajak anak muda untuk tampil." terangnya sambil menikmati segelas kopi


Ngobrol asik.. Bersama cak edi ambon dan bapak Rateman
Ia melanjutkan,  banyak sekali yang pemain Drama dimasa itu diantaranya Sarji (aziz), cak kamit, cak darman, karil (muridjan), supilin, cak mat sholeh, Miskan dan lain lain

Dulu bahkan pernah satu bulan penuh mentas, meskipun siang tetap harus bekerja, tetapi tim tetap semangat dan kompak untuk mentas.  Bahkan dulu seingatnya pernah mentaa dengan mengkarciskan didaerah Paciran, Dermo dan beberapa wilayah. Dan antusias penonton sangat baik terbukti dengan banyaknya penonton.

Terkait dekorasi, dulu mengunakan dekorasi alami yakni dengan kain yang dilukis, dan biasanya bapak Muridjan melukis dan membuat dekorasi agar menarik, pernah suatu ketika dengan lakon putri duyung. Maka harus membuat efek laut dan air. Dimasa itu mengunakan terpal warna biru dan diisi air. Dengan ujung terpal diangkat beberapa orang. "dulu yang bagian menganti layar lukisan itu bapak Nari dan bapak Raten." terangnya

Terkait dengan kostum, dulu sebelum punya kostum diawalnya meminjam pakaina tetangga yang sesuai dengan peran yang dilakonkan.  Sedangkan transportasinya dulu naik pickup rame rame.  "biyen numpak colbak harpa, longgo lesehan kadang sampek gak cukup. Terangnya dengan logat Metatu

Ia menceritakan bahwa manggung djaman itu masih mengunakan penerangan lampu petromak, atau lampu gaspon dalam bahasa Metatu dan dulu sebelum mentas selalu minta restu dan doa dari sesepuh dan tetangga. Agar pentas berjalan dengan lancar.



Demikian sekilas cerita dari cak rateman, dan tentunya banyak kekurangan dalam penulisan, baik terkait nama pelaku dan yang lain. Mudah mudahan ada yang menyempurnakan lagi terkait masa masa kejayaan pentas seni didesa Metatu Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik. (Rantas)

No comments:

Post a Comment