Dusun Purworejo, dalam
arti bahasa, Purwo berarti awal, rejo berarti ramai. Purworejo, bisa
diartikan daerah yang baru ada namun sudah ramai. Menurut cerita Dusn Purworejo
wilayah yang lebih dulu sudah ada, dibandingkan Dusun Metatu.
Dusun Purworejo,
salah satu pedukuhan dari Krajan Desa Metatu. Krajan pusat pemerintahan desa.
Pemerintahan pedukuhan dipimpin seorang Bau. Berdasarkan penuturan warga, Bau atau
Kepala Dusun yang diketahui telah memimpin Purworejo adalah sebagai berikut: Yai
Ti, Yai Jais, Kandek, Santri, Gunawan, Ripan, Paing, Ali dan Abdul Rojak.
Dari beberapa
Kepala Dusun di atas, yang paling banyak kisahnya adalah Bau Santri.
Pemerintahannya pada masa kemerdekaan hingga Gestapu. Beliau dikenal mempunyai kesaktian
yang sangat mumpuni. Pada masa kepemimpinan beliau, makhluk-makhluk halus yang
menghuni tempat-tempat yang angker di Purworejo dibersihkan. Sebagaimana
dituturkan Bapak Miskam, yang sewaktu kecil pernah mengikuti langkah Bau Santri
mengusir roh jahat di salah satu gerumbul desa.
Bau Santri,
terkenal dengan ilmunya yang sakti. Tubuh beliau tidak mempan dipotong dengan berang (golok) yang sudah diasah 7 hari.
Karena Bau Santri murid dari Kiyai Syafi’i dari Suci Gresik, tokoh yang sangat
disegani. Bau Santri terkenal sangat peduli dan aktif dalam menjaga desa. Meskipun
seorang pemimpin, beliau bersedia melakukan pekerjaan yang berat demi kebaikan
warganya.
Pada zaman kemerdekaan,
beliau pernah diburu Belanda karena perjuangannya membela rakyat kecil. Sempat
menjadi buron, dan didatangi tentara untuk ditangkap. Namun meskipun tentara
sudah berhadapan langsung dengan Bau Santri, tapi karena ilmu saktinya, beliau
seperti menghilang di mata tentara tersebut, padahal beliau tetap berdiri di
situ dan tidak kemana-mana. Akhirnya tentara kembali dengan tangan kosong.
Di sebelah selatan
Dusun Purworejo terdapat telaga. Menurut cerita telaga ini, dibangun dari dana banyak
orang yang pernah lewat di sini. Mereka yang melewati dusun ini, diminta untuk
membantu, atau mungkin dikenakan kewajiban, ikut menggali telaga. Makanya
telaganya disebut Telogo Dendo.
Mungkin ini sebait cerita tentang dusun purworejo, bukan terkait pemahaman yang lain, akan tetapi mungkin ini sedikit cerita yang bisa digali dan dikembangkan dengan mencari narasumber. untuk itu saran dan kritik terhadap kesalahan penulisan dan butuh pelurusan sejarah sangatlah penting. semoga generasi muda bisa aktif mengali kembali dan tak lupa memahami sejarah dan perjuangan para sesepuh desa
(sumber : buku babat alas Benjeng)
diposkan : Hadi Setiawan
No comments:
Post a Comment