Wednesday, September 6, 2017

Sebait cerita tentang Dusun Purworejo Desa Metatu


Dusun Purworejo, dalam arti bahasa, Purwo berarti awal, rejo berarti ramai. Purworejo, bisa diartikan daerah yang baru ada namun sudah ramai. Menurut cerita Dusn Purworejo wilayah yang lebih dulu sudah ada, dibandingkan Dusun Metatu.

Dusun Purworejo, salah satu pedukuhan dari Krajan Desa Metatu. Krajan pusat pemerintahan desa. Pemerintahan pedukuhan dipimpin seorang Bau. Berdasarkan penuturan warga, Bau atau Kepala Dusun yang diketahui telah memimpin Purworejo adalah sebagai berikut: Yai Ti, Yai Jais, Kandek, Santri, Gunawan, Ripan, Paing, Ali dan Abdul Rojak.

Dari beberapa Kepala Dusun di atas, yang paling banyak kisahnya adalah Bau Santri. Pemerintahannya pada masa kemerdekaan hingga Gestapu. Beliau dikenal mempunyai kesaktian yang sangat mumpuni. Pada masa kepemimpinan beliau, makhluk-makhluk halus yang menghuni tempat-tempat yang angker di Purworejo dibersihkan. Sebagaimana dituturkan Bapak Miskam, yang sewaktu kecil pernah mengikuti langkah Bau Santri mengusir roh jahat di salah satu gerumbul desa.
Bau Santri, terkenal dengan ilmunya yang sakti. Tubuh beliau tidak mempan dipotong dengan berang (golok) yang sudah diasah 7 hari. Karena Bau Santri murid dari Kiyai Syafi’i dari Suci Gresik, tokoh yang sangat disegani. Bau Santri terkenal sangat peduli dan aktif dalam menjaga desa. Meskipun seorang pemimpin, beliau bersedia melakukan pekerjaan yang berat demi kebaikan warganya.

Pada zaman kemerdekaan, beliau pernah diburu Belanda karena perjuangannya membela rakyat kecil. Sempat menjadi buron, dan didatangi tentara untuk ditangkap. Namun meskipun tentara sudah berhadapan langsung dengan Bau Santri, tapi karena ilmu saktinya, beliau seperti menghilang di mata tentara tersebut, padahal beliau tetap berdiri di situ dan tidak kemana-mana. Akhirnya tentara kembali dengan tangan kosong.

Di sebelah selatan Dusun Purworejo terdapat telaga. Menurut cerita telaga ini, dibangun dari dana banyak orang yang pernah lewat di sini. Mereka yang melewati dusun ini, diminta untuk membantu, atau mungkin dikenakan kewajiban, ikut menggali telaga. Makanya telaganya disebut Telogo Dendo.

Mungkin ini sebait cerita tentang dusun purworejo, bukan terkait pemahaman yang lain, akan tetapi mungkin ini sedikit cerita yang bisa digali dan dikembangkan dengan mencari narasumber. untuk itu saran dan kritik terhadap kesalahan penulisan dan butuh pelurusan sejarah sangatlah penting. semoga generasi muda bisa aktif mengali kembali dan  tak lupa memahami sejarah dan perjuangan para sesepuh desa

(sumber : buku babat alas Benjeng)
diposkan : Hadi Setiawan


No comments:

Post a Comment